Sunday, December 09, 2012

Rinjani 2: Mengenang Pyan Adami


Meneruskan tulisan saya terdahulu [klik] sekaligus mengenang teman saya Pyan Adami yang meninggal kemarin. Almarhum juga teman seperjalanan menuju Plawangan sembalun dalam awal posting Rinjani kedua ini.


Perjalanan dari Pos Satu Sembalun  dimulai jam 7 waktu setempat, setelah saya selesai bongkar tenda dan packing bersama Hendrik dan Ocol. Saya langsung ikut rombongan pertama berangkat ke Pos 2. Perjalanan sangat mengasikkan karena matahari masih malu-malu untuk melotot. Alam sekeliling adalah rumput sabana yang mengiringi perjalanan ke Pos 2.

Tidak sampai satu jam rombongan sampai ke Pos 2, di sana ada jembatan dan mata air yang mengalir ramah agak turun 10 Meter di bawah jembatan. Satu persatu pendaki antri mengisi air, dan kesempatan antri ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para model instan para pendaki yang belum mandi 2 hari.

Di dekat palang label Pos 2 Plawangan ada dua kera asik bercanda menunggu rombongan pergi, karena suasana privat mereka sempat terganggu, dan mereka memang menunggu mencari sisa-sisa makanan yang dibuang dekat mata air yang sembrono ditinggalkan oleh "pecinta alam" ini. Tak ayal dua kera ini juga jadi model foto dan bukti keberadaan mereka masih ada di Sembalun.


Jerigen saya isi setengah, karena diperkirakan kami akan sampai ke Camp Plawangan sekitar Maghrib. Saya hanya mengisi dua botol aqua besar yang saya bawa. Saya sudah membawa beban yang lumayan berat di punggung.


Dua batang rokok(kebiasaan buruk pendaki yang menyebabkan dehidrasi, selain penyakit lainnya) sudah habis, foto-foto juga sudah, kami melanjutkan perjalanan. Semakin ke atas pemandangan di bawah sangat indah, karena terik matahari seperti membantu menggambar pemandangan itu. Keindahan itu dibayar tuntas dengan terbakarnya kulit wajah dan bagian tubuh yang tidak dilindungi pakaian. Selain itu terik matahari mencekik kerongkongan yang minta dimanjakan untuk terus dibasahi bekal minuman.

Air yang saya bawa tidak habis oleh saya sendiri, kami saling berbagi terutama ke teman-teman yang malas bawa air banyak. Setiap ada pohon rindang di ujung tanjakan kami mengaso, entah berapa puluh kali. Saya termasuk pendaki dadakan yang tidak menguasai teknik pendakian, jadi tenaga saya habis untuk membawa beban berat di punggung.

Dalam perjalanan ke atas sering kali kami berpapasan dengan pendaki lain yang turun di Sembalun, kemungkinana mereka naik dari Senaru dan turun di Sembalun. Kebanyakan dari mereka turis-turis manca negara yang berjalan setengah berlari ke bawah membuat debu-debu beterbangan menyiksa kami yang baru naik.

Saya berjalan beriringan dengan Firka wartawan Foto Rakyat Merdeka, dia juga yang membawa ransel saya yang sangat berat, memang kami bertukar ransel. Memang ranselnya lebih ringan, tapi di atas 20 kilo juga.

Kami berjalan dengan rasa frustrasi yang bercampur haus, oleh karena itu kami sering berhenti menikmati keindahan alam Sembalun dari atas. Seringnya berhenti membuat otot kami yang tadinya sudah on kembali kaku, dan semakin membebani perjalanan.

Menjelang tengah hari kami sampai di Pos 3. Pos 3 dekat sebuah aliran sungai yang kebetulan waktu itu kering kerontang. Pemandangan di sana hanyaah bekas makanan dan kemah yang ditinggalkan pendaki sebelunya, dan pada waktu itu banyak turis luar yang sedang beristirahat. Pos tiga lebih teduh, dari pada pos 2 tapi saya tidak begitu menikmati spot itu karena selain sampah yang ada di situ, banyak sekali pendaki yang beristirahat.

Mulai dari situ saya mulai terpisah dari Firka dan Hafid (mereka teman setenda, meninggalkan Neo sang bos yang terengah-engah di belakang). Saya kemudian bergabung dengan rombongan Uchim dkk termasuk Almarhum Pyan dan Sony Ferrer. Tinggal 2 punggung bukit lagi air saya sudah habis, dan saya meminta dari pendaki yang turun sambil meyakinkan di bawah juga ada sumber air. Saya diberikan air yang sudah dicampur asam dan gula, kata mereka untuk menambah tenaga tapi buat saya ini semakin mencekik tenggorokan saya. Seraya berterima kasih saya pamit dan meneruskan perjalanan bersama Umar, Sony, Piyan.

Umar tidak meneruskan perjalanan memutuskan istirahat bersama Uchim dan kawan-kawan untuk masak makan siang, sementara saya lebih memilih meneruskan perjalanan mengingat bekal air saya sudah menipis dan ingin cepat sampai di perkemahan, karena di sana ada sumber air lagi.

Saya, Sony, dan Piyan melakukan perjalanan dengan otot yang sudah lemas lunglai. Setiap 10 langkah kami berhenti karena tanjakan yang curam menghabiskan energi kami. Secara konsisten kami berhitung dalam hati, setiap 10 langkah kami berhenti. Dan setiap 2 pemberhentian kami minum seteguk air sebanyak tutup botol aqua tidak lebih. Air itu air terakhir yang di bawa Sony untuk kami bertiga. Mulai saat itu kami pelit air, air kami sembunyikan di Rain Cover Sony.

Sementara itu saya sudah bertukar Carrier dengan Hendrik yang sudah berjalan terlebih dahulu, dia membawa Carrier saya yang sudah ditukar ke Firka di pemberhentian tampat masak makan siang tadi. Kemampuan saya benar-benar tidak bisa menandingi anak-anak muda yang sudah sampai duluan. Namun begitu kami bertiga masih bisa sampai di perkemahan sekitar lewat Maghrib, sementara masih banyak pendaki lain yang melebihi waktu Isya baru sampai.


Sesampai di atas, masih -/+ 400 Meter ke perkemahan, adalah klimaks kekuatan saya. Saya langsung lemas dan duduk menghadap ke arah danau Sgaraanak. Lemas saya terbayar dengan mengambil foto ke arah danau, duduk bersama sepasang turis dari Jerman (seorang konsultan proyek) yang menyusul saya setengah jam yang lalu. Saya melepas semua beban dan juga berfoto-foto ke arah puncak Rinjani sambil menunjuk dan berkata "I'll be there".

Dalam mengobrol dengan Bule tadi saya belum sadar, bahwa perkemahan masih jauh dan saya pikir rombongan Consina berkemah tidak terlalu jauh dari tempat saya duduk, saya juga meyakinkan turis Jerman tadi bahwa saya sudah sampai di sini. Dia sendiri menunjuk ke arah perkemahan tematnya yang lumayan masih terlihat kecil dari sini. Sialnya itulah tempat perkemahan Consina juga, lemas saya semakin lemas, dan tiba-tiba udara terasa sangat dingin dihembus angin dari danau.

Saya tersadar harus ke sana ketika Hendrik dan Firka pamit duluan kedinginan sambil meninggalkan Carrier  saya, karena berpikir saya masih mau ambil gambar di spot itu. Saya lihat sekeliling saya tinggal Sony yang siap berangkat mengajak pergi karena kedinginan dan saya mengikuti di belakngnya. Tapi tenaga saya sudah habis, perjalanan ke base camp bukanlah perjalanan datar. Saya berpikir mungkin saya lemas karena belum makan, tapi saya tidak punya nafsu makan kecuali makan sambel goreng udang dan pete rebus setengah matang yang sudah pasti di situ tidak ada.

Saya bilang ke Sony untuk pergi duluan, toh perkemahan sudah di dalam jangkauan pandangan walaupun masih kecil-kecil. Saya ingin ambil nafas dulu di sekitar 100M perjalanan, akhirnya Sony berjalan duluan karena mungkin dia membawa perbekalan yang diperlukan grup tendanya, sementara saya hanya membawa bekal makanan dan tenda sudah di bawa Hendrik dan Ocol yang sudah sampai lebih dulu.

Dalam perjalanan ada beberapa kelompok kemah dari pendaki lain yang berada di bibir bukit, ada yang sedang mengadakan standing party membuat jakun saya turun naik, tapi tidak saya pedulikan. Mereka turis-turis yang nyaman mendaki dan semuanya sudah diurus Porter.

Sempat saya minta minum di tenda pendaki yang menyendiri, sekitar sepuluh orang, tapi dari bahasanya mereka orang sunda. Saya dapat tenaga sedikit untuk melanjutkan perjalanan, saya memahami tubuh saya sendiri yang akan pingsan seandainya tempat tujuan saya masih 1 KM lagi.

Akhirnya saya tiba di kemah yang sudah didirikan oleh Ocol dan Hendrik, tapi mereka masih bongkar muat barang. Tidak ada satupun yang punya sisa air, dan berinisiatif ambil air. Saya haus dan gemetar, tapi tidak ada air saya bersikeras akan mengambil air tapi lutut saya gemetar. Sambil bongkar muat barang, saya mengambil head lamp dan duduk mengatur nafas.

Akhirnya saya pergi juga mengambil air dengan Hendrik dan teman-teman lain yang belum mengambil air. Saya pikir sumber air sudah dekat(seperti di iklan: sumber ai su dekar), ternyata masih menempuh 200 M turun dan nik dalam keadaan gelap malam. Sangat berbahaya buat saya dengan lutut yang gemetar ini mengambil air di sana, tapi karena butuh apa boleh buat.

Sumber air berupa cucuran air seperti dalam gua yang tidak mengumpul walaupun deras. Kami manaruh botol-botol kami mengantri dan cukup sebatang jisamsu habis untuk menunggu semua botol penuh. Kembali ke kemah adalah siksaan lagi bagi saya sambil waspada pada tebing-tebing yang kami lalui, saya yakin bila itu di siang hari kamipun akan gemetar untuk melewatinya.

Sampai di kemah kami memasak makanan kaleng yang saya bawa, 30 Menit, cukup lama sedangkan perut sudah keroncongan. Sambil menunggu, saya makan sosis goreng yang cepat masak.
Makanan kaleng khas tentara sudah siap saji, kami makan dengan tetangga tenda Firka dan kawan-kawan yang entah mengapa tidak ada satupun yang memasak makanan. Dalam santai makan masih ada teman pendaki yang baru datang, Haries Ambon datang tanpa rekan setendanya. Lemas dia minta bantu untuk didirikan tendanya, kami berikan pertolongan pertama untuk minum dan makan-makanan yang kami makan.
Mengenang Pyan Adami
Agak lama Gery Azza datang seperti orang mau pingsan, mulutnya gemetar kedinginan masih dengan Carrier besarnya. Semua teman tendanya masih di bawah, padahal saat itu sudah lepas Isya. Dia bilang teman-teman yang di bawah dijemput Porter untuk dipandu, bahkan beberapa tidak sanggup membawa Carriernya.

Kami harus tidur untuk persiapan Summit Attack jam 2.00 nanti, walaupn menurut jadwal adalah jam 00.00. Tunggu tulisan saya lagi untuk Summit Attack, cape nih




Print Friendly and PDF

Wednesday, December 05, 2012

Katanya Jaringan Internet Cepat Lancar

Internet sekarang menjadi kebutuhan hampir tiap kalangan, sebagai media untuk melengkapi data pekerjaan, tugas sekolah/kuliah, jual beli dan lain sebagainya. Permintaan akan layanan internet yang lebih baik sejalan dengan tawaran produsen penyedia layanan internet berkabel maupun nirkabel.
Portabilitas saya kira adalah pilihan utama sebagian besar orang, maka ISP dari kartu GSM dan CDMA banyak ditawarkan dan menawarkan diri dengan layanan yang bombastis. Akan tetapi di lapangan terjadi banyak keluhan-keluhan yang biasa dan biasanya juga tidak mendapat tanggapan yang berarti.

Dalam iklan ditawarkan kecepatan sampai 7,2 MBps dengan Bandwidth sekian GIGA unlimited dan lain sebagainya.

Sebenarnya di mana kesalahannya, apakah penyelnggara layanan internet yang salah atau masyarakat yang tidak mengerti atau penyedia modem atau perangkat yang digunakan untuk berinternet?

Baiklah mari kita coba pahami stau persatu dan kalau perlu dibahas juga istilah-istilah yang ada pada industri internet ini.

b kecil atau B Besar

Masih ingat dengan iklan yang agak licik dari sebuah prvider internet yang menawarkan jaringan internet dengan kecepatan ..katakan saja 512kbps. Kemudian dalam forum-forum dan surat pembaca banyak keluhan bahwa konsumen telah ditipu, karena kecepatan yang terbukti di komputer tidak pernah sesuai dengan iklannya. Perhatikan Kbps = Kilobit per second, dan KBps=KiloByte per second.

Di komputer ukuran yang digunakan adalah Byte dan di dalam iklan ditulis bit dan memang Byte = 8 bit, lalu siapa yang salah. Kecepatan 512 Kbps = 64KBps belum lagi jika kita lupa melihat kata up to . Jadi provider berlindung dengan kata-kata up to yang berarti sampai dengan.

Internet Speed dan Internet Bandwidth

Di kelas saya selalu ada pertanyaan dari siswa mengenai kecepatan internet yang juga sering ditemui di forum-forum online. Kecepatan internet sekarang ini  HSDPA dan berkembang menjadi HSPA+ adalah layanan internet dengan kecepatan transfer downlink sampai 7,2 MBps dan 2,1GHps adalah sudah luar biasa jika dibandingkan pada saat saya masih mengandalkan modem 56K dengan layanan telkomnet@instan.

Tapi kecepatan HSDPA sekalipun masih dikeluhkan karena kenyamanan internet bukan hanya speed tapi juga lebar pita. Lebar pita jalur internet ini disebut Bandwidth, sebagai ilustrasi saya katakan Honda yang dikendarai oleh Pedrosa pun akan berjalan pelan jika harus berjalan lewat Gg. H. Gadung yang kecil dan banyak orang lalu lalang, oleh karena itu kecepatan yang ideal bisa dimanfaatkan jika jalannya juga luas dan tidak mengantri.

Jangan pernah lupa di Indonesia banyak jalan tol yang macet, padahal jalan itu sudah tanpa lampu merah dan besar-besar. Anda tahu penyebabnya?

Carilah jalan alternatif dan besar yang masih lowong, biasanya itu jalan baru dan kalau sudah banyak yang tahu, pasti Anda sudah bisa membayangkan kelancaran jalan itu pada akhirnya.

Sebenarnya Unlimited atau tidak

Provider dengan jelas menuliskan secara sangat mencolok bahwa layanan internetnya unlimited, tapi ada udang di balik batu. Coba lebih teliti lagi yang unlimited apanya, bandwidthnya, kapasitas downloadnya atau?

Dalam pernyataan di balik penawaran layanan internet biasanya tertera berapa kecepatan yang disediakan dan juga lebar pita(Bandwidth) layanan tersebut. Atau disediakan bandwidth yang besar dan pada saat download mencapai ukuran tertentu bandwidth akan dikurangi. Download adalah bukan hanya aktifitas kita mengunduh file yang lalu ditampilkan dialog simpan di komputer saja, melainkan semua ukuran file yang telah ditransfer ke komputer kita.


Dukungan 

Seringkali teknologi yang terus maju menawarkan hal-hal yang wah pada konsumen, dan mereka tidak lagi memperhatikan hal-hal detil. Untuk terhubung dengan internet tentu saja memerlukan modem, dan sering kali modem yang ada memiliki atau menyediakan teknologi layanan jaringan yang lebih maju dari pada yang bisa disediakan oleh Provider internet.

Ketika modem atau Ponsel sudah mendukung MMS (GPRS) Provider belum siap, ketika ponsel siap melakukan  televideo tidak ada provider yang siap dengan 3G. Dan jangan lupa ketika konsumen sudah siap uang (dan juga mental) dan hp/modem baru dengan teknologi baru ,  yang sudah didukung provider, tidak semua wilayah tercover dengan baik.

lihatlah contoh area yang dilayani beberapa provider.

Coverage area EVDO Fleksi

Coverage Area EVDO ESIA

perhatikan juga kutipan dari web telkomsel:


Ada beberapa faktor yang harus dipenuhi/diperhatikan pelanggan dalam hal kecepatan :
  • Coverage Node B. Pelanggan yang berada dalam coverage Node B/BTS 3G, HSDPA dan HSPA+ tentunya akan menikmati kemungkinan kecepatan lebih tinggi dibanding GPRS/EDGE
  • Perangkat. Teknologi Perangkat yang dipakai pelanggan untuk mengakses internet (Modem, handset, atau router)
  • Aktivitas Internet. Kecepatan maksimal hanya bisa dinikmati melalui aktivitas download file dalam ukuran besar. Aktivitas checking email atau browsing secara umum tidak akan mencapai kecepatan akses maksimal
  • Jarak dan Halangan. Semakin dekat dengan Node B/BTS TELKOMSEL, maka kesempatan pelanggan untuk mendapatkan kecepatan maksimal semakin besar. Ketebalan dan material dinding juga berpengaruh terhadap kecepatan akses internet
  • Jumlah pelanggan yang terkoneksi. Kecepatan yang diterima pelanggan bergantung terhadap jumlah pelanggan yang terkoneksi secara bersamaan pada Node B/BTS yang sama. Makin banyak orang yang terkoneksi, maka kecepatan yang diterima pelanggan semakin rendah.

dan untuk provider lain silakan googling lagi.

Konklusinya saya pikir adalah: kedua pihak, provider dan konsumen harus memperbaiki diri. Provider harus lebih jujur dalam beriklan, tidak bosan memberi informasi seluas-luasnya mengenai teknologi internet dan konsumen harus cerdas dalam membeli layanan internet.

Sekian dulu, kalau ada yang salah dari tulisan saya tolong dikomentari untuk saya perbaiki. Gambar dan kutipan tidak dimaksudkan untuk mendis-/ kreditkan provider tertentu.
Print Friendly and PDF

Wednesday, November 14, 2012

Binary, Octal, Decimal, Hexadecimal

Pada tulisan saya terdahulu [baca di sini] sudah dibahas mengenai konversi bilangan binary menjadi decimal, dan pada kesempatan ini saya akan membuka wawasan kita semua mengenai keunikan empat sistem bilangan yang digunakan komputer, yaitu Binary, Octal, Decimal, Hexadecimal.

Tulisan ini adalah untuk mengingatkan saya sendiri, dari pada dilupakan, tentang buku yang pernah saya baca untuk memahami digital electronic.

Bilangan Biner (Binary)

Binary adalah sistem bilangan yang terdiri dari hanya 2 bilangan sesuai namanya yaitu binary. Angka tersebut adalah 0 dan 1. Berikut adalah kutipan contoh pada tulisan saya terdahulu:

Katakan saja angka 458 decimal adalah 4x102 + 5x101 + 8x100Perhatikan angka pangkat berdasarkan harga tempatnya dimulai dari 0 dari sebelah paling kanan. Sekarang ada angka 101 binary jika dirubah menjadi decimal adalah 5 dengan perhitungan sebagai berikut: 1x22 + 0x21 + 1x20
Angka decimal adalah angka yang umum kita gunakan dalam kegiatan sehari-hari, dan sesuai namanya decimal hanya terdiri dari 10 angka 0 sd 9. Oleh karena itu penghitungan angka decimal adalah mengalikan setiap angka (contoh 458) dengan 10 dengan perbedaan pangkat sesuai harga tempatnya dimulai dari angka paling kanan dengan pangkat 0.

Lalu untuk mengkonversi angka binary menjadi decimal adalah dengan mengalikan semua angka dengan angka 2 dan tidak lupa pangkat berdasarkan harga tempat.
Sebuah angka binary 8 bit 11111111, jika dikonversikan ke dalam decimal adalah 255, dengan perhitungan sebagai berikut:
1x27 + 1x26 + 1x25 + 1x24 + 1x23 + 1x22 + 1x21 + 1x20   = 128 + 64 + 32 + 16 + 8 + 4 + 2 + 1

Bilangan oktal (Octal)

Sesuai namanya bilangan octal terdiri dari delapan angka dari 0 sd 7, jadi angka 70 oktal tidaklah sama dengan 70 decimal. Untuk memahami angka octal, sama juga dengan memahami binary, yaitu dengan mengkonversi ke dalam decimal.
Contoh, mengubah 57 octal menjadi decimal adalah sebagai berikut:
 5x81 + 7x8  = 40 + 7 = 47


Bilangan heksadesimal (hexadecimal)

Bilangan heksadesimal terdiri dari 16 sesuai dengan nama sistem bilangan tersebut, terdiri dari 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,A,B,C,D,E,F. Jadi apabila ditemukan sebuah kode warna seperti #ef0a9b, semua itu adalah angka. Heksadesimal memang sering ditemui pada pengkodean warna RGB seperti contoh di atas. Selain itu heksadesimal digunakan untuk menuliskan angka alamat IP v6, hal itu untuk memperpendek penulisan angka di mana jumlah data yang dituliskan akan terlalu panjang bila dituliskan dalam binary atau angka lainnya.

Contoh sebuah angka heksadesimal 9A jika dikonversikan menjadi desimal adalah:
 9x161 + 10x16  = 144 + 10 = 154
Semua angka dikalikan 16 karena angka heksadesimal terdiri dari 16 angka, dan tentu saja pangkat berlaku sesuai harga tempat seperti penghitungan biner dan oktal. A dalam heksadesimal adalah urutan urutan ke 10 pada desimal, oleh karena itu A dirubah menjadi 10.

Sekarang bagaimana angka kode warna seperti contoh di atas(#ef0a9b), tentu nilainya sangat besar dalam desmal? 
Kode warna RGB memiliki aturan syntax tersendiri dengan tanda # yang membuat kode itu dianggap sebagai kode RGB. Kode warna RGB adalah perpaduan warna Red, Green, dan Blue dengan masing-masing warna terdiri dari 8bit=256 warna. 
256 warna berarti variasi warna dari 0 sd 255, yang tentu saja masih kita ingat sebagai bilangan 8bit atau dalam biner 11111111. Warna tertinggi dalam setiap warna kode RGB adalah 255 desimal yang bila dikonversi menjadi heksadesimal adalah FF, sehingga masing masing warna tidak lebih dari 2 angka, dan dari contoh di atas maka dapat dipahami sebagai #=anggap sebagai RGB, R=ef| G=0a| B=9b.

Untuk bersenang-senang, cobalah Anda hitung  kode RGB #ef0a9b ini.

Inti dari ide penulisan posting ini adalah menemukan keunikan sistem bilangan Binary, Octal, Decimal, Hexadecimal. Bilangan tersebut dapat dihitung dengan mudah dan dikonversi di antar mereka dengan cepat.

Sebuah bilangan desimal 250 bila dikonversi menjadi biner bisa dengan berbagai cara:

cara pertama:
Bagi angka tersebut (250) dengan 2, di mana hasil pembagian tersebut dibagi 2 lagi hingga tidak bisa dibagi 2.
250 : 2 = 125 sisa 0
125 : 2 = 62   sisa 1
62   : 2 = 31   sisa 0
31   : 2 = 15   sisa 1
15   : 2 = 7     sisa 1
7     : 2 = 3     sisa 1
3     : 2 = 1     sisa 1
1  

Tulislah bilangan yang tidak bisa dibagi 2 (1) berurutan ke atas dari sisa setiap pembagian, maka dihasilkan 11111010. Bila hasil sebuah pembagian angka desimal menjadi biner tidak terdiri dari 8 digit, maka tuliskan 0 di awal angka, di mana 0 tidak akan berarti apapun.

cara kedua:
kurangi angka desimal tersebut (250) dengan angka desimal hasil dari 2n terbesar yang mendekati angka tersebut.
perhatikan 1,2,4,8,16,32,64,128, dst
Setiap proses pengurangan yang terjadi, dituliskan angka 1, dan bila tidak maka tuliskan angka 0.
Mulailah pengurangan dengan 128, karena tidak mungkin 255 dikurangi 256. Lakukan terus hingga habis, maka akan didapat angka biner 11111010.

Kedua cara tersebut juga dapat diaplikasikan pada bilangan octal dan heksadesimal dengan sederhana.

250 desimal menjadi oktal :

cara pertama
250 : 8 = 31 sisa 2
31   : 8 = 3   sisa 7
3
maka 250 desimal adalah 372 oktal

cara kedua
perhatikan 8,64,512, dst
250 - (64 x 3) = 58
58   - (8 x 7)   = 2
2


250 desimal menjadi heksadesimal:

cara pertama
250 : 16 = 15 sisa 10
15
15 adalah F dan 10 adalah A
maka 250 desimal adalah FA heksadesimal

cara kedua
perhatikan 16, 256, dst
250 - (16 x 15) = 10
10


Cara Unik

Ada cara unik pengkonversian dari sistem bilangan di atas, yang tentu lebih mudah dan cepat. Untuk lebih jelasnya kita akan menggunakan lagi 250 desimal sebagai contoh.

250 desimal adalah 11111010 dalam biner.
coba kita pisahkan angka-angka biner tersebut menjadi masing-masing 4 digit dari belakang, menjadi 1111   1010

1111 = 15 dalam desimal atau F dalam heksadesimal
1010 = 10 dalam desimal atau A dalam heksadesimal
maka dengan mudah mengkonversi biner menjadi heksadesimal dengan cara memisahkan masing-masing 4 digit dari bilangan biner itu. 

Mengapa 4 digit? Perhatikan bahwa mengkonversi biner ke dalam desimal adalah dengan mengalikan masing-masing angkanya dengan 2, di mana n adalah pangkat sesuai harga tempat. Berapakah n untuk  2n=16? n = 4.

Lalu apakah hal itu dapat diaplikasikan pada bilangan oktal? Mari kita coba

250 desimal adalah 11111010 dalam biner.
coba kita pisahkan angka-angka biner tersebut menjadi masing-masing 3 digit dari belakang, menjadi  11 111 010

11  = 3 
111= 7
010= 2

Silakan mencoba :)

Print Friendly and PDF

Komputerku mati

Belajar komputer adalah belajar menghitung?
Ya, karena komputer itu berasal dari kata compute atau menghitung. Apakah pernyataan itu cukup sampai di sini, sekedar mengisi sebuah soal TIK, atau memang sebenarnya komputer itu adalah mesin hitung.
Sebagian besar siswa pasti tidak percaya mengenai hal di atas, apalagi kalau saya katakan komputer tidak bisa membaca, mendengar, berbicara, apalagi menyanyi.
Para siswa spontan akan berkomentar, bahwa dengan komputer mereka bisa mendengar musik, bahkan menonton film. Bahkan jika Anda membeli media cakram optik, ada istilah R atau RW yang berarti Read atau Read and Write.
Computer sekali lagi tidak bisa membaca dan menulis. Semua kata kerja sebagaimana disebutkan di atas membaca, menulis, menyanyi, berdengung, hidup, mati dll adalah personifikasi komputer yang membantu pekerjaan manusia. Kecuali menghitung, komputer tidak bisa apa-apa.

Komputer diaktifkan dengan tenaga listrik dengan dua perintah 1(hidup) dan 0(mati). Lalu bagaimana Anda bisa mengerti semua ini, dengan komputer terkini dan segala kemampuannya, dapat melakukan banyak hal?
Perkembangan komputer adalah juga perkembangan teknologi elektronika. Komputer berkembang dari jaman analog hingga digital.

Perbandingkan juga alat elektronika Anda, katakan saja radio dan televisi. Lihat ukuran dan kemampuan mereka melayani kebutuhan kerja dan hiburan untuk manusia.
Perkembangan alat-alat tersebut adalah dimulai dari menghidupkan dan mematikan arus listrik yang mengalir sebagai tenaga mereka.

Sebuah lampu akan hidup jika Anda menekan saklar, yang jika Anda amati tertera tanda angka 1, dan sebaliknya akan mati berkat tombol lainnya yang bertanda angka 0. Sedikit lebih rumit, jika Anda amati lampu lalu lintas, di saat lampu merah menyala, maka lampu hijau dan kuning mati, dan Anda sudah menebak lampu di bagian lain persimpangan tersebut.
Dari hidup-mati menjadi bila merah, maka hijau dan kuning mati dan lampu hijau akan hidup pada persimpangan jalan itu.

Memang semua hal dimulai dari yang sederhana. Sekarang Anda bayangkan lampu penghias pohon natal, yang tentu saja tidak hanya merah-kuning-hijau. Sudah semakin rumit? Ada yang lebih rumit seperti ribuan lampu led pada billboard di jalan besar dengan berbagai warna dan antrian untuk hidup dan mati.
Komputer Anda sudah termasuk generasi terkini, dan anggap saja lampu-lampu itu ada jutaan dan berkumpul membentuk barisan pada layar monitor Anda.

Barisan 'lampu' itu adalah resolusi monitor Anda, setiap titik memiliki koordinat tersendiri dimulai dari pojok kiri atas (0,0) berbeda sedikit dari pelajaran matematika di mana semua angka itu positif.
Pekerjaan komputer salah satunya 'berkomunikasi' dengan Anda (pengguna) untuk menampilkan titik-titik warna yang mungkin saja Anda anggap bunga, sedangkan di bagian dunia lain itu disebut flower.
Kumpulan titik-titik warna itu disebut resolusi warna, banyaknya warna biasa diukur dengan satuan bit.
Bit? BIT adalah Binary Digit.

Binary adalah sumber pembicaraan kita, binary adalah sistem bilangan yang terdiri dari hanya dua angka 0 dan 1, yang berarti salah atau benar, yang berarti juga mati atau hidup. Sistem bilangan inilah yang dijadikan acuan dalam perhitungan komputer.

Pernahkah Anda berpikir, kenapa angka 1,2,4,8,16,32,64,128,256 dst adalah angka yang sering muncul ketika Anda bekerja menggunakan kompter?

Memahami binary akan lebih mudah dengan merubahnya dulu ke dalam decimal. Decimal? Ya, itu adalah angka yang umum digunakan terdiri dari 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9. Dinamakan decimal karena terdiri dari sepuluh angka.

Katakan saja angka 458 decimal adalah 4x102 + 5x101 + 8x100
Perhatikan angka pangkat berdasarkan harga tempatnya dimulai dari 0 dari sebelah paling kanan. Sekarang ada angka 101 binary jika dirubah menjadi decimal adalah 5 dengan perhitungan sebagai berikut: 1x22 + 0x21 + 1x20

Mengapa pada decimal variabel yang dikalikan adalah 10 dan pada binary adalah 2? sudah jelas bahwa decimal terdiri dari 10 angka (0-9) dan binary cuma 2 (0-1).
Setelah Anda memahami perhitungan di atas, cobalah pahami sebuah pernyataan kartu grafis tertentu mendukung sampai 24 bit warna, apa lagi maksudnya?

24 bit terdiri dari 3 kali 8bit dapat ditulis seperti ini : 11111111.11111111.11111111 maksudnya adalah pada setiap kolom terdapat 00000000 sampai 11111111.

Jika Anda benar menghitungnya, konversi dari 11111111 binary adalah 255 decimal, berarti setiap kolom terdiri dari 256 atau 28 atau 8 bit, dan 24 bit berarti  28 .28 .28, atau 224 .

Semua perhitungan di atas adalah baru sedikit dari sistem perhitungan yang digunakan komputer, maksud saya adalah setiap data dikonversikan ke dalam binary sehingga sesuai dengan logika hidup/mati sebagaimana komputer adalah mesin yang tergantung pada tenaga listrik.

Komputer menggunakan perhitungan dari berbagai sitem bilangan, seperti binary, octal, decimal, dan hexadecimal.
Lihat tulisan saya lainnya mengenai keunikan empat sistem bilangan ini

Print Friendly and PDF

Monday, October 15, 2012

Rinjani


Tiga bulan sebelum lebaran saya lihat-lihat notifikasi Facebook, sesuatu yang jarang saya lakukan selama ini. Ada notifikasi teman yang baru ditandai dari sebuah gambar brosur fun hiking Rinjani menarik perhatian saya.
Saya baca informasi di dalam leaflet  tersebut, dan semuanya sangat menarik, ingin ikut karena masih terasa relatif murah Rp. 1.450 ribu, tapi ragu-ragu karena saya bukan anak muda lagi. Tapi dalam brosur dari produsen perlengkapan Outdoor CONSINA itu disebutkan program itu adalah sebuah fun hiking, yang saya pikir tidak dipaksa dengan target pendakian tertentu.
Selanjutnya saya googling tentang gunung Rinjani, apa dan bagaimana perjalanan ke sana, dan yang paling penting adalah jadwal perjalanan itu, karena memakan waktu selama 10 hari. Saya googling mengenai kalender akademik, karena saya harus tetap menjalankan kewajiban saya untuk mengajar. Dari cari-cari informasi mengenai libur lebaran saya putuskan bisa ikut, karena jadwal perjalanan dari hari ketiga lebaran 21 Agustus 2012.
Saya langsung daftar dan bayar tunai uang pendaftarannya, karena senang ternyata tidak ada syarat ini itu termasuk umur.
Selanjutnya di Technical Meeting pertama, di CONSINA Warung Buncit, saya sebenarnya merasa canggung, pasti di sana semua anak-anak gunung yang sudah banyak pengalaman naik. Dan memang benar adanya, suasana obrolan yang sangat santai, sebagian besar mereka sudah pernah ke gunung-gunung di Jawa. Di pertemuan ini memang cuma peserta yang mendaftar di Jakarta yang ikut, padahal peserta berasal dari berbagai wilayah. Tapi rasa canggung saya hilang karena memang ditekankan kembali, bahwa perjalanan ini adalah Fun Hiking, kami bisa saja menggunakan Porter atau tidak perlu memaksakan ke Puncak Rinjani bila kondisi tidak memungkinkan.
Dalam hati saya katakan, tidak apa-apa lah sekedar cari pengalaman dan pertemanan dari komunitas yang beda dari biasanya saya bergaul. Komunitas anak gunung sebenarnya bukan yang baru buat saya, karena saya sebenarnya senang sekali melakukan perjalanan seperti itu, terutama waktu kuliah saya sering mendengar cerita-cerita teman yang biasa naik gunung. Tapi apa daya situasi dan kondisi keuangan waktu itu tidak memungkinkan saya melakukannya.
Setelah TM 1 hari-hari saya habiskan untuk mencari informasi mengenai teknik pendakian dan peralatan-peralatan yang diperlukan, orang-orang menabung berbelanja lebaran, sedangkan saya menabung untuk Rinjani.
Saya beli backpack Carrier merk Deuter, gak tanggung-tanggung, sekali beli yang bermerk, saya beli sepatu trekking murah dari kulit bikinan Garut (Garsel) beli lewat OnLine yang membuat saya berkali-kali melakukan transaksi Online dan menginspirasi saya untuk ikutan jualan Online.
Yang paling heboh adalah saya beli makanan ransum tentara, sesuatu yang sulit didapatkan karena sebenarnya barang itu tidak boleh dijual. Saya lalu mencari sampai ke markas Marinir Cilandak. Saya masuk ke sana melewati gerbang dan sampai disuruh menuntun motor saya juga hmmm. Tapi saya akhirnya dapat, tapi terlalu banyak, karena saya beli langsung satu dus berisi 30 kaleng @400gr. Saya hanya butuh untuk tiga malam berkemah, maka saya hanya membawa 12 kaleng, pertimbangan saya karena saya tidak punya cooking set untuk berkemah, jadi saya hanya membawa yang praktis-praktis saja.
Kalau diperhatikan keputusan ini salah, karena saya berarti membawa 12 paket makan yang sudah matang berarti berisi air juga beserta wadahnya yang dari kaleng. Satu kaleng berisi makanan berat bersihnya 400gr, berarti untuk ransum saja saya sudah membawa +/- 5 Kg.

Hari yang dinanti tiba para peserta dari Jakarta berkumpul di Toko Consina Warung Buncit jam 7.00 WIB. Saya berangkat dengan sepeda motor diantar adik saya, dalam perjalanan Bintaro-Warung Buncit, kaki saya sudah kram karena berat beban dalam tas saya, walaupun sudah berulang kali saya melakukan bongkar dan packing.
Saya pikir peralatan saya yang paling berat jadi saya malu-malu waktu datang ke sana.
Maklum, karena pelajaran packing adalah pelajaran pertama bagi pencinta alam. Saya takut dibilang salah packing soalnya hehehe.
Datang di sana langsung menepi ke tempat yang tidak begitu ramai karena ternyata banyak peserta lain sudah tiba. Saya langsung melakukan packing ulang, karena saya juga bawa bodypack yang saya satukan dalam carrier saya. Kebetulan perjalanan juga menggunakan bis selama 3 hari 3 malam ke lombok, jadi tidak semua barang dimasukkan ke dalam carrier, dan carrier bisa ditaruh di bagasi bis.
Perjalanan ditunda sampai satu jam lebih karena menunggu teman dari Medan yang baru sampai di Jakarta, namanya Charles Sitohang, seorang pengusaha kantin di sebuah kampus di Medan.
Perjalanan dengan bis selama itu belum pernah saya lakukan, kecuali perjalanan ke Bali pada akhir tahun 2011, dan itu pun masih mampir-mampir untuk menginap di malang dan Jogja. Tapi perjalanan itu justru membuat banyak cerita dan keakraban tersendiri.
Suasana pemberhentian makan prasmanan

selalu keadaan ini ada di tempat pemberhentian

Perjalanan beberapa kali terhenti untuk istirahat dan buang air, tentu saja untuk makan di resto-resto yang sudah ditentukan panitia. Sampai di pelabuhan Ketapang sudah menjaleng tengah malam, dan kami melakukan penyebaerangan dengan angin yang berhembus sangat kencang. Beberapa teman kami bahkan tidak tahan dengan ayunan kapal akibat ombak yang menghantar kami ke Gilimanuk.
Sesampai di Gilimanuk suasana pelabuhan sangat sepi tidak seperti siang hari, dan sebagian besar dari kami juga tidak begitu peduli suasana di luar bis. Kami semua ingin cepat-cepat masuk bis dan melanjutkan tidur kami, dan tentu saja perjalanan ke Padang Bai. Perjalanan memotong Pulau Dewata ini kalau tidak salah selama 5 jam, dan kami sudah sampai di Pelabuhan Padang Bai pada saat menjelang Sun Rise.
Keadaaan  dan suasana Padang Bai belum pernah saya alami, di sana saya merasa senang dan antusias karena saya akan pergi menyeberang melebihi pulau Bali. Perasaan penasaran seperti apa pulau di seberang juga terhibur oleh keindahan pantai yang bersih di Padang Bai.
Padang Bai

Perjalanan dari Padang Bai ke Lembar memakan waktu hampir 5 jam dengan ombak pantai pagi hari yang tenang. Walaupun kami baru saja melewati tidur di dalam bis, tetap saja kami masih merasa kelelahan karena perjalanan sebelumnya. Karena itu setelah selesai melakukan foto-foto dan narsis sendiri, kami duduk mengobrol dan tertidur kembali.
Sirine kapal berbunyi dan perjalanan terasa tersengal-sengal karena kapal melakukan docking, kami pun bersiap-siap dan langusung ke buritan penasaran seperti apa pulau Lombok, terutama bagi yang pertama kali melihat pulau ini.

Dari jauh pulau itu terlihat gersang, namun puncak Rinjani bisa terlihat pada pagi itu. Kami pun sedikit jumawa dan menunjuk ke sana sambil berkata I'll be there.
Setelah melakukan docking yang memakan waktu lebih dari satu jam, kami pun melanjutkan perjalanan. Kami beristirahat di kota Mataram selama hampir 2 jam, walaupun diiformasikan hanya untuk satu jam. Pemberhentian tersebut untuk istirahat makan dan membeli perlengkapan yang mungkin belum disediakan, karena ini adalah pemberhentian terkahir untuk berbelanja.

Hampir Maghrib kami tiba di daerah Sembalun, tapi kami salah arah menuju Meeting Point untuk dijemput kendaraan bak terbuka yang akan membawa kami ke gerbang Sembalun, awal pendakian kami. Kalau tidak salah kami terlalu jauh hingga setengah jam, dan menjadi satu jam dengan perjalanan kembali ke track yang benar.
Sesampai di meeting Point jam menunjukkan angka 7 WIB berarti jam 8 WITA, dan kami masih harus melakukan packing ulang untuk menyortir barang yang bisa ditinggalkan dalam bis. Untuk saya lebih malang lagi, karena saya harus di regroup dengan teman yang lain, karena berdasarkan program panitia yang membagikan tenda, tenda untuk tiga orang dan ada tiga group termasuk saya yang masih terdiri dari 2 orang.
Semua persiapan yang saya lakukan dengan teman saya sebelumnya mentah, dan saya melakukan packing terburu-buru, karena saya harus bergabung dengan tim lain. Setelah memakan waktu hampir 1 jam kami selesai packing dan bertumpuk di bak terbuka.
Tidak terpikirkan sebelumnya oleh saya perjalanan dengan kol bak terbuka ini membuat kondisi saya langsung drop, karena udara dingin waktu itu langsung menerpa badan saya yang belum memakai pakaian yang cukup, untuk mengambil lagi pakaian saya dalam carrier sangat tidak mungkin, akhirnya saya mengalami flu yang cukup mengganggu pernafasan saya. Mungkin itu juga akibat dari perjalanan dalam bis berAC yang sangat lama.
Sesampai di gerbang Sembalun kami sudah disambut oleh guide dan Ranger yang disediakan oleh panitia. Kami mulai dibagikan label pendaki dan dikelompokkan, semuanya dilakukan dalam keadaan gelap dan sangat dingin bagi saya. Saya melakukan packing ulang dan cepat-cepat masuk ke group, saya masuk ke kelompok pertama dan diminta segera melakukan perjalanan.
Bonus cuma di awal, sisanya adalah perjalanan menanjak walaupun tidak curam. Di sekitar perjalanan adalah rumput Sabana yang membentang entah ke mana, karena jarang pandang saya hanya sejauh head lamp saya terarah.

Pendakian sebagai start ini begitu mengagetkan, karena kami baru saja menempuh perjalanan yang panjang dengan kaki yang selalu tertekuk, dan sekarang kami harus mendaki dengan ditemani debu kemarau yang datang ke wajah menggetkan karena tidak begitu jelas terlihat pada malam hari.
Target adalah Pos satu Sembalun untuk para pendaki melakukan perkemahan dan beristirahat sebagai persiapan perjalanan selanjutnya. Ternyata di sana sudah ada kelompok Consina yang sudah sampai terlebih dahulu yang melakukan perjalanan menggunakan pesawat.

 Tiba di Pos Satu kami langsung bongkas muat dan memasak untuk mengisi perut kami yang keroncongan akibat kelelahan pendakian awal ini.

Jam 5 WIB saya terbangun padahal saya merasa baru saja tidur, tapi mata tidak bisa lagi diajak terpejam, berarti sudah jam 6 waktu itu di sana. Suasana pagi hari di Pos satu sangat indah, saya langsung mencari kamera dan mengambil beberapa gambar. Tapi sayang gambar dari kamera yang saya bawa tidak jernih, karena ternyata ada masalah dengan kamera tersebut.
selanjutnya menuju Pos 2 Pelawangan, nanti deh cape




Print Friendly and PDF